TRIBUN JATENG/DANIEL ARI PURNOMO
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berpidato saat upacara peringatan Hari Guru di SD Negeri Desa Jombor, Tuntang, Kabupaten Semarang, Jateng, Sabtu (26/11/2016). Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Gubernur Jawa Tengah,
Ganjar Pranowo bercerita pernah dijitak kepalanya oleh sang guru semasa sekolah dasar (SD). Guru itu bernama Wagiyo.
"Wah galaknya Pak Wagiyo itu gak ketulungan," kata pria berambut putih itu, saat berpidato dalam upacara peringatan Hari Guru di SD Negeri Desa Jombor, Tuntang, Kabupaten Semarang, Sabtu (26/11/2016).
Tak hanya kena jitak, Ganjar mengaku sering mendapat pukulan penggaris kayu dari Pak Wagiyo, karena kukunya kotor.
Belum cukup, politisi PDIP itu juga mengaku sering mendapat hukuman lantaran tak hafal tahun terjadinya Perang Diponegoro.
Hukumannya adalah menulis tahun Perang Diponegoro sebanyak 100 kali.
"Sampai sekarang, saya masih ingat tahun terjadinya Perang Diponegoro. Yakni perang lima menit seusai maghrib, tahun 1825 hingga 1830," selorohnya diikuti gelak tawa para peserta upacara.
"Beberapa kali saya dijitak, dipukul oleh guru. Hasilnya, saya berhasil menjadi Gubernur Jawa Tengah," imbuh Ganjar dengan nada bergetar.
Melanjutkan ceritanya, Ganjar berujar beberapa waktu lalu mengunjungi sekolahnya, di SD Tawangmangu 01-02, Kabupaten Karanganyar.
Dalam kunjungannya itu, ia sempat bertemu Pak Wagiyo.
Dalam pertemuan yang dikatakan Ganjar cukup singkat itu, Pak Wagiyo membuat karangan sebuah tembang jawa untuk Ganjar.
"Cara guru mendidik muridnya zaman dulu memang horor. Tetapi, ada kasih sayang dalam sebuah kehororan itu. Pak Wagiyo mengatakan dirinya bangga menjadi guru dari seorang murid yang kini jadi gubernurnya," beber Ganjar.
Mengenakan seragam batik PGRI dan peci songkok hitam, Ganjar menyampaikan jangan ada lagi kekerasan antara guru dan murid. Zaman sudah berubah.
"Cukup rasa horor itu kita rasakan zaman dulu saja. Jangan bawa rasa horor itu kembali ke zaman sekarang. Sayangilah murid, begitu juga sebaliknya murid kepada para guru," ujarnya. (*)